BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pubertas (puberty)
adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan
hormonal yang terutama terjadi selama remaja awal. (Santrock, Adolescene, 2003:
87). Istilah pubertas datang dari kata puber (yaitu pubescent). Kata lain pubescere
berarti mendapatkan puber atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin
sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. (Monks, 2006: 263). Masa puber
merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas
berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja dan dikatakan
tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih
dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya.
Dalam teori
perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari penggunaan
berpikir konkret secara operasional ke berfikir formal secara operasional.
Inhelder dan Piaget mengetahui bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin
diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja. Mereka menilai, pengalaman dengan
masalah kompleks, tintutan dari pengajaran formal, dan tukar–menukar ide yang
berlawanan dengan kelompok remaja, diperlukan untuk perkembangan berfikir
secara operasional.
Erikson (Adams
& Gullota, 1983:36-37; Conger, 1977: 92-93) berpendapat bahwa remaja puber
merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari
pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah
memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini.
Pada saat masa
remaja puber ini orang tua sangat berperan penting dalam mendampingi anaknya
yang masuk pada tahap remaja awal karena pada masa remaja awal banyak sekali
konflik atau masalah yang dihadapi oleh remaja yang tidak semua remaja dapat
mengatasinya dan membutuhkan bantuan orang lain seperti teman atau orang tua.
Seperti yang dikatakan Erikson jika remaja tidak dapat menemukan identitasnya
maka akan terjadi kekacauan identitas dimana remaja merasa tidak percaya diri
dan nanti akan merasa terisolasi oleh keadaan yang menuntut mereka lebih.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Pubertas
Pubertas adalah
periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk
aseksual menjadi makhluk seksual. Seperti dituliskan oleh Hurlock dalam sebuah
bukunya, dari seorang ahli (Root) menjelaskan, “Masa puber adalah suatu tahapan
dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai
kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam
pertumbuhan somatic dan perspektif psikologis.” (Hurlock, 1980: 183).
Pengertian pubertas menurut bahasa berasal dari kata latin yang berarti”usia
kedewasaan.” Kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik daripada perubahan
perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan
mampu memberikan keturunan. (Hurlock, 1980: 183). Pubertas (puberty) adalah
perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan
hormonal yang terutama terjadi selama remaja awal. (Santrock, Adolescene, 2003:
87). Istilah pubertas datang dari kata puber (yaitu pubescent). Kata lain
pubescere berarti mendapatkan puber atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda
kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. (Monks, 2006: 263).
Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual
terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. (Desmita, 2010: 192).
Menurut Monks
pubertas berasal dari kata puber yaitu pubescare yang berarti mendapat pubes
atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan
perkembangan seksual. (http://www.lusa.web.id/ pubertas/diakses pada
13/3/2013). Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan yang terjadi
ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder
mulai muncul (Wong, et al. 2009 :585). Pada umumnya masa pubertas terjadi
antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak wanita. Jadi,
pemasakan seksual mudah terjadi sebelum masa remaja, namun manifestasi dari
aspek-aspek yang lain baru jelas nampak pada usia antara 13-14 (Monks, 2006:
263). Bertahun-tahun lalu, Charlote Buhler menamakan masa puber sebagai
fase negative. Istilah fase menunjukkan periode yang berlangsung singkat;
negative berarti bahwa individu mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau
kelihatannya sifat-sifat baik sebelumnya telah berkembang (Jahja, 2011:
223).
Pubertas dianggap
sebagai masa pemasakan seksual, masa ini juga dianggap sebagai masa yang
rentang dalam perkembangannya. Ada beberapa tugas yang perlu diperhatikan dalam
proses berjalannya atau perkembangannya pada masa pubertas ini, tugas-tugas
perkembangan tersebut diantaranya :
a) Menstabilkan perubahan-perubahan fisik
maupun psikis;
b) Mengarahkan atu mengendalikan emosi;
c) Menerima perubahan yang terjadi pada
fisiknya;
d) Membentuk kepribadian, akhlak dan
pendidikan;
e) Meningkatkan kesadaran beragama;
f) Menerima dan memahami peran seks;
g) Mengembangkan konsep diri;
(Rahayu, 2013.
Slide Matakuliah Psikologi PerkembanganII)
1.2 Teori-Teori Psikologi Perkembangan
Mengenai Pubertas
Masa puber
merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas
berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja dan dikatakan
tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih
dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber
meliputi tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Menjelang
anak matang secara seksual, ia masih disebut “anak puber”, begitu matang secara
seksual ia disebut “remaja” atau “remaja muda” (Al Mighwar, 2006, .70).
Masa ini disebut
juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol.
Remaja puber sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa
hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi
remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya
yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada
remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada
remaja pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan
merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya
serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal
ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal
pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu.
Di samping itu,
remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual.
Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan
seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap
kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria.
Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan
kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya
sendiri.
Al-Mighwar (2006,
.20) menjelaskan masa puber terjadi secara bertahap, yaitu :
a. Tahap PraPubertas (9-10 tahun)
Tahap ini disebut
juga tahap pematangan yaitu pada satu atau dua terakhir masa kanak-kanak. Yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum
pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan
kematangan seksual.Pada masa ini anak dianggap sebagai ”prapuber”, sehingga ia
tidak disebut seorang anak dan tidak pula seorang remaja. Pada tahap ini,
ciri-ciri seks sekunder mulai tampak, namun organ-organ reproduksinya belum
berkembang secara sempurna.
b. Tahap Puber (12-16 tahun untuk
Lk/11-15 tahun untuk Pr)
Tahap ini disebut
juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis antara masa kanak - kanak dan masa
remaja. Pada tahap ini, kriteria kematangan seksual mulai muncul. Pada anak
perempuan terjadi haid pertama dan pada anak laki - laki terjadi mimpi basah
pertama kali. Dan mulai berkembang ciri - ciri seks sekunder dan sel - sel
diproduksi dalam organ - organ seks.
c. Tahap PascaPuber (17-18 tahun)
Pada tahap ini
menyatu dengan tahun pertama dan kedua masa remaja. Pada tahap ini ciri -ciri
seks sekunder sudah berkembang dengan baik dan organ-organ seks juga berfungsi
secara matang.
Merupakan periode
1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika pertumbuhan tulang telah lengkap dan
fungsi reproduksinya terbentuk dengan cukup baik.
Pada masa ini,
anak laki-laki dan perempuan senang bergabung dengan mereka yang sebaya, jenis
dan status yang sama. Mereka cepat membentuk hubungan-hubungan emosional
dan mengembangkan temannya atau kelompok mereka. Permainan kelompok, tim,
kegiatan olahraga musiman sangat menarik baginya. Persahabatan teman sebaya
sangat dibutuhkan, sehingga mereka seolah-olah hanya ke sekolah karena ingin
bermain dengan kawan-kawannya. Hubungan
teman sebaya membuat anak-anak menilai diri mereka sendiri, menyampaikan
pandangan mereka sendiri, dan memperdebatkan sudut pandang yang berbeda.
Konflik dengan teman sebaya membuat anak mengenal pikiran, perasaan, dan
pandangan-pandangan teman-teman lain. Guru dapat meningkat peran teman sebaya
ini dengan membentuk kelompok kecil dan memberikan permainan yang dapat membuat
kegiatan yang melibatkan banyak anak. (Singgih, 1991: 14)
Tentang
tanda-tanda masa pubertas ini E. Spranger, menyebutkannya ada tiga aktivitas
yakni:
a. Penemuan aku.
b. Pertumbuhan pedoman kehidupan.
c. Memasukkan diri pada kegiatan
kemasyarakatan.
Pada kegiatan anak
dalam rangka penemuan akunya itu anak mulai menyadari akan keberadaan dirinya,
yang lebih dalam dibanding pada sebelumnya. Tetapi ia pun juga mulai mengetahui
betapa pentingnya ia untuk ikut serta dalam kemasyarakatan. Walaupun terasa
masih belum sempurna., ia bertingkah laku di tengah masyarakat. Ia masih penuh
dengan kecanggungan serta tidak seimbang. Olehkarena itu anak sedikit bersikap
tertutup (introvert) dan lebid sengan mengungkap
pengalamannya itu pada buku harian, senang termenung, dan lain-lain. (Abu
Ahmadi, 2005: 124)
Pada kegiatan
pencarian dan pedoman hidup, anak puber sudah mulai aktif dan menerima akan
norma-norma susila (etis) juga norma agama, estetika. Tetapi bentuk pengakuan
tersebut masih terbatas pada kondisi dirinya. Dalam kegiatan ke luar ia masih
menggantungkan pada oranglain tersebut anak puber sudah mengaguminya. Ia pun
menyadari akan dirinya yang masih belum seperti yang di pujanya itu. Kegiatan
dan perasaan ini disebutnya sebagai merindu puja. (Abu Ahmadi, 2005: 124)
Pada kegiatan
memasukkan diri ke dalam kemasyarakatan ini anak puber mulai mengenal segala
macam corak kehidupan masyarakat tetapi anak belum sempurna pengetahuannya
untuk membedakan ataupun menyeleksinya. Semua di anggap sebagai sesuatu yang
menyatu dalam satu system kemasyarakatan yang sesuai dengan dirinya, kemudian
ia pun akan aktif dan memasuki corak dan ragam kehidupan masyarakat tersebut,
maka tidaklah mengherankan jika anak puber sering menampakkan sikap-sikap yang
controversial dalam suatu masyarakat tertentu. Kegiatan-kegiatan tersebut bagi
anak wanita dan pria sudah barang tentu ada perbedaan biologis dan kejiwaannya,
juga karena adanya perbedaan pandangan sikap dalam hidupnya. (Abu Ahmadi, 2005:
124-125)
Masa pubertas disebut
sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada
perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi pusat pikirannya. Ada
beberapa sifat yang menonjol pada masa ini, yang tidak sama kuatnya pada semua
remaja. Di antara sifat-sifat itu adalah:
a. Pendapat lama ditinggalkan
Mereka ingin
menyusun pendirian yang baru. Pada saat-saat mencari kebenaran itu segala
sesuatunya berubah menjadi tidak berketentuan.
b. Keseimbangan jiwanya terganggu
Mereka suka
menentang tradisi, mengira mereka sanggup menentukan pendapatnya tentang segala
masalah kehidupan. Mereka menggunakan pendiriannya sendiri sebagai pedoman
hidupnya.
c. Suka menyembunyikan isi hatinya
Remaja puber suka
menjadi teka-teki, karena sukar diselami jiwanya. Baik perbuatan maupun
tindakannya tidak dapat dijadikan pedoman untuk menentukan corak kejiwaannya.
Sebentar ia bertindak kasar, kemudian ia tampak lemah-lembut; kadang-kadang ia
suka melamun, kemudian ia tampak giat dan kembali gembira.
d. Masa bangunnya perasaan kemasyarakatan
Pada masa ini
sudah mulai terjalin persahabatan karena dorongan bersatu dengan teman
sebayanya semakin bertambah kuat, tetapi sikapnya masih menentang kewibawaan
orang dewasa. Mereka lebih memperhatikan ejekan teman daripada ejekan orang
dewasa.
e. Perbedaan sikap pemuda dengan sikap
gadis
Perbedaan antara
pemuda dan gadis besar sekali, khususnya dalam perbedaan kelamin. Seorang
pemuda mempunyai keinginan seksual yang timbul dengan sendirnya, dan dialaminya
lebih kuat daripada yang dirasakan seorang gadis. Untuk gadis yang normal, hal
seksual itu dapat diumpamakan dengan putri yang sedang tidur dalam hutan. Jika
seorang pemuda menciumnya, ia akan terbangun dari peraduannya. Perasaan gadis
tertidur seperti putri yang cantik itu artinya perasaan gadis itu tidak nyata.
Sebelum ia berpengalaman dalam percintaan, ia tidak menaruh hati walaupun
melihat pemuda yang ganteng. Sebaliknya dalam diri pemuda itu timbul keinginan-keinginan
tertentu bila ia melihat gadis yang menarik hatinya. (Zulkifli, 2005: 70-71).
Sebagian besar
orang-orang primitive selama berabad-abad mengenal masa puber sebagai masa yang
penting dalam rentang kehidupannya. Diantara orang-orang Yunani kuno, masa
puber dikenal sebagai saat terjadinya perubahan-perubahan fisik dan
perilaku. Dalam suatu teori Aristoteles mengenai masa puber, ia lebih
menenkankan pada perubahan-perubahan perilaku. Aristoteles juga menguraikan
bahwa anak anak perempuan yang sedang dalam masa ini (puber) sangat mudah
marah, penuh gairah, sangat rajin, dan selalu memerlukan pengawasan karena
berkembangnya dorongan-dorongan seksual.
Jung menyebut
pubertas sebagai “kelahiran psikis” individu itulah saat mengandung banyak
masalah, konflik, dan adaptasi. Dunia yang nyata menempatkan tuntunan-tuntuna
baru pada anak remja itu tidak dapat ditemui dengan tingkah laku dan fantasi
masa kanak-kanak (Duane Schultz, 1991 : 133).
Dalam teori
perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari penggunaan
berpikir konkret secara operasional ke berfikir formal secara operasional.
Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka. Mereka berusaha dengan
konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Inhelder dan Piaget
mengetahui bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan
kognitif remaja. Mereka menilai, pengalaman dengan masalah kompleks, tuntutan
dari pengajaran formal, dan tukar –menukar ide yang berlawanan dengan kelompok
remaja, diperlukan untuk perkembangan berfikir secara operasional.
Walaupun berfikir
secara konkret, anak juga merupakan kekuatan besar, tetapi tetap mempunyai
batasan-batasan. Batasan ini sedikit, tetapi penting. Perkembangan berpikir
secara operasional mengatasi kelemahan ini. Remaja yang mencapai tahap ini
mencapai tingkat berpikir setingkat orang dewasa. (Djiwandon, 2002: 96)
Menurut Dunbar dan
Hurlock menyatakan bahwa, “selama periode ini anak yang sedang berkembang
mengalami pelbagai perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk
penampilan, pakaian, milik, jangkauan pilihan, dan perubahan dalam sikap
terhadap seks dan lawan jenis. Kesemuanya meliputi hubungan orang tua-anak yang
berubah dan perubahan dalam peraturan-peraturan yang dikenakan pada anak muda.”
(Hurlock, 1980: 183). Erikson (Adams & Gullota, 1983:36-37; Conger,
1977: 92-93) berpendapat bahwa remaja puber merupakan masa berkembangnya
identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua
krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan
identitas ini. (http://www. wikipedia.com/opcit/ diakses pada 13/3/2013). Erikson memandang pengalaman hidup
remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja
diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab
pertanyaan ‘siapa saya?’ Dia mengingatkan bahwa kegagalan remaja untuk
mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan
dirinya. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka
remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya,
mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent),
melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat. (Sri,
2004: 63)
Perkembangan moral
tahap ini dapat kita lihat dari beberapa teori dan pendapat, yaitu :
y Menurut pandangan Psikoanalisa ;
menurut pandangan ini masa remaja masuk pada tahap genital S. Freud, dimana
masaknaya organ-organ reproduksi dan muncul hasrat atau dorongan sexual
terhadap lawan jenis.
y Menurut teori Belajar Sosial ; masa
dimana remaja mencari identitas diri, dapat disebut dengan pemberontakan.
Remaja sering menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya, hal ini terjadi
karena remaja menganggap bahwa hanya teman yang dapat mengerti mereka dan
remaja juga dapat berbagi apapun kepada teman sebaya tanpa harus ada rasa takut
atau malu.
y Menurut teori perkembangan kognitif ;
remaja sudah dapat berfikir “Apa yang benar?” dan bukan hanya “Apa yang
dilihat”. Perubahan yang dialami oleh remaja dapat membentuk kematangan dalam
berfikir.
(http://d-rora.blogspot.com/2009/11/pubertas-masa-puber.html)
Pada saat masa
remaja puber ini orang tua sangat berperan penting dalam mendampingi anaknya
yang masuk pada tahap remaja awal karena pada masa remaja awal banyak sekali
konflik atau masalah yang dihadapi oleh remaja yang tidak semua remaja dapat
mengatasinya dan membutuhkan bantuan orang lain seperti teman atau orang tua.
Seperti yang dikatakan Erikson jika remaja tidak dapat menemukan identitasnya
maka akan terjadi kekacauan identitas dimana remaja merasa tidak percaya diri
dan nanti akan merasa terisolasi oleh keadaan yang menuntut mereka lebih.
Menurut Wong, et
(2009) perkembangan remaja terlihat pada: (http://
jtptunimus-gdl-trimutfika-6017-2-babii.pdf)
a. Perkembangan biologis
Perubahan fisik
pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem saraf
pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan
fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder.
b. Perkembangan psikologis
Teori psikososial
tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai
individu yang lain.
c. Perkembangan kognitif
Berfikir kognitif
mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi
dengan kenyataan dan aktual yang merupakan cirri periode berfikir konkret, remaja
juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
d. Perkembangan moral
Anak yang lebih
muda hanya dapat menerima keputusan atau sudut pandang orang dewasa, sedangkan
remaja, untuk memperoleh autonomi dari orang dewasa mereka harus menggantikan
seperangkat moral dan nilai mereka sendiri.
e. Perkembangan spiritual
Remaja mampu
memahami konsep abstrak dan mengintepretasikan analogi serta simbol - simbol.
Mereka mampu berempati, berfilosofi dan berfikir secara logis.
f. Perkembangan social
Untuk memperoleh
kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga
dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa
remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap temen
dekat dan teman sebaya.
Usia mulainya
pubertas dan perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis,
psikososial dan lingkungan. Faktor terpenting tampaknya adalah kesehatan umum
individu (Henderson, 2005: 3).
(Santrock, 2003:
84) mengemukakan berbagai riset menemukan bahwa sebelum anak matang secara
seksual, pengeluaran hormon seks jarang terjadi. Akan tetapi, dengan semakin
meningkatnya jumlah hormon yang dikeluarkan, struktur dan fungsi organ-organ
seks akan semakin matang.
Pada saat remaja
terjadi pertumbuhan yang sangat cepat, termasuk pertumbuhan organ-organ
reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu
melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja
pertama kali adalah perubahan fisik
1. Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks
primer yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks (terjadinya haid pada
remaja putri dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki). Pertumbuhan
dan perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks merupakan
perubahan fisik mendasar yang ketiga. Organ-organ reproduksi wanita tumbuh
selama masa puber dengan tingkat kecepatan yang bervariasi. Haid dianggap
sebagai petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi
matang.Gejala ini merupakan awal dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan
jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, dan akan berhenti
saat wanita mencapai menopause (Al-Mighwar,2006: 29).
2. Tanda- tanda seks sekunder
Pada masa pubertas
ditandai dengan kematangan organ-organ reproduksi, termasuk pertumbuhan seks
sekunder. Pada masa ini juga remaja mengalami pertumbuhan fisik yang sangat
cepat (BKKBN, 2010). Tanda-tanda seks sekunder pada remaja laki-laki terjadi
perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar,
terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, tumbuhnya
kumis, jambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
Pada masa ini
seorang anak tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif
mencapai kegiatan dalam rangka menemukan dirinya (akunya), serta mencari
pedoman hidup, untuk bekal kehidupannya mendatang. Kegiatan tersebut
dilakukannya penuh semangat menyala-nyala tetapi ini sendiri belum memahami
akan hakikat dari sesuatu yang di carinya itu. Sehingga Ch. Buhler pernah menggambarkan dengan
ungkapan “saya menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui akan sesuatu itu:.
Sehingga masa ini ada yang menyebutnya sebagai masa strumund drang (badai dan dorongan). (Abu Ahmadi,
2005: 123-124)
Kesimpulan
Pubertas merupakan
periode tahapan perkembangan yang di dalamnya terjadi kematangan alat-alat
seksual dan tercapai kemampuan reproduksi, beriringan dengan perkembangan
tersebut juga terjadi perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatic dan
prespektif psikologis.
Masa puber
merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas
berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja dan dikatakan
tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih
dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber
meliputi tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.
Selama periode ini
anak yang sedang berkembang mengalami pelbagai perubahan dalam tubuh, perubahan
dalam status termasuk penampilan, pakaian, milik, jangkauan pilihan, dan
perubahan dalam sikap terhadap seks dan lawan jenis. Kesemuanya meliputi
hubungan orang tua-anak yang berubah dan perubahan dalam peraturan-peraturan
yang dikenakan pada anak muda.
Jangan terlambat memahami hal ini sebagai orang nanti akan menyesal bila anak lepas kontrol pada masa - masa Pubertas
BalasHapusMohon revisi kalo ada yg salah :-)
HapusMohon revisi kalo ada yg salah :-)
HapusINSPIRATIF KRYA ILMIAHNYA.., IZIN COPAS.. SUKRAAN
BalasHapussaran aja, pemilihan font nya agar di tinjau lagi agar ringan untuk di lihat
BalasHapusLucky 15 Casino - JCM Hub
BalasHapusLucky 15 Casino. New. Bonus. The 천안 출장마사지 new members 논산 출장마사지 only. Register a new account and make a minimum deposit 나주 출장안마 of £10. Valid 당진 출장샵 on casino's 동두천 출장마사지