Minggu, 14 April 2013

Pubertas--Psikologi Perkembangan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama remaja awal. (Santrock, Adolescene, 2003: 87). Istilah pubertas datang dari kata puber (yaitu pubescent). Kata lain pubescere berarti mendapatkan puber atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. (Monks, 2006: 263). Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja dan dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya.
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berfikir formal secara operasional. Inhelder dan Piaget  mengetahui bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja. Mereka menilai, pengalaman dengan masalah kompleks, tintutan dari pengajaran formal, dan tukar–menukar ide yang berlawanan dengan kelompok remaja, diperlukan untuk perkembangan berfikir secara operasional.
Erikson (Adams & Gullota, 1983:36-37; Conger, 1977: 92-93) berpendapat bahwa remaja puber merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini.
Pada saat masa remaja puber ini orang tua sangat berperan penting dalam mendampingi anaknya yang masuk pada tahap remaja awal karena pada masa remaja awal banyak sekali konflik atau masalah yang dihadapi oleh remaja yang tidak semua remaja dapat mengatasinya dan membutuhkan bantuan orang lain seperti teman atau orang tua. Seperti yang dikatakan Erikson jika remaja tidak dapat menemukan identitasnya maka akan terjadi kekacauan identitas dimana remaja merasa tidak percaya diri dan nanti akan merasa terisolasi oleh keadaan yang menuntut mereka lebih.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1      Pengertian Pubertas
Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Seperti dituliskan oleh Hurlock dalam sebuah bukunya, dari seorang ahli (Root) menjelaskan, “Masa puber adalah suatu tahapan dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatic dan perspektif psikologis.” (Hurlock, 1980: 183). Pengertian pubertas menurut bahasa berasal dari kata latin yang berarti”usia kedewasaan.” Kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan. (Hurlock, 1980: 183). Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama remaja awal. (Santrock, Adolescene, 2003: 87). Istilah pubertas datang dari kata puber (yaitu pubescent). Kata lain pubescere berarti mendapatkan puber atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. (Monks, 2006: 263). Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. (Desmita, 2010: 192).
Menurut Monks pubertas berasal dari kata puber yaitu pubescare yang berarti mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. (http://www.lusa.web.id/ pubertas/diakses pada 13/3/2013). Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul (Wong, et al. 2009 :585). Pada umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak wanita. Jadi, pemasakan seksual mudah terjadi sebelum masa remaja, namun manifestasi dari aspek-aspek yang lain baru jelas nampak pada usia antara 13-14 (Monks, 2006: 263). Bertahun-tahun lalu, Charlote Buhler menamakan masa puber sebagai fase negative. Istilah fase menunjukkan periode yang berlangsung singkat; negative berarti bahwa individu mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kelihatannya sifat-sifat baik sebelumnya telah berkembang (Jahja, 2011: 223). 
Pubertas dianggap sebagai masa pemasakan seksual, masa ini juga dianggap sebagai masa yang rentang dalam perkembangannya. Ada beberapa tugas yang perlu diperhatikan dalam proses berjalannya atau perkembangannya pada masa pubertas ini, tugas-tugas perkembangan tersebut diantaranya : 
a)     Menstabilkan perubahan-perubahan fisik maupun psikis; 
b)     Mengarahkan atu mengendalikan emosi; 
c)      Menerima perubahan yang terjadi pada fisiknya; 
d)     Membentuk kepribadian, akhlak dan pendidikan; 
e)     Meningkatkan kesadaran beragama; 
f)       Menerima dan memahami peran seks; 
g)     Mengembangkan konsep diri;
(Rahayu, 2013. Slide Matakuliah Psikologi PerkembanganII)
1.2      Teori-Teori Psikologi Perkembangan Mengenai Pubertas
Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja dan dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Menjelang anak matang secara seksual, ia masih disebut “anak puber”, begitu matang secara seksual ia disebut “remaja” atau “remaja muda” (Al Mighwar, 2006, .70).
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja puber sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
Al-Mighwar (2006, .20) menjelaskan masa puber terjadi secara bertahap, yaitu :
a.       Tahap PraPubertas (9-10 tahun)
Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau dua terakhir masa kanak-kanak. Yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual.Pada masa ini anak dianggap sebagai ”prapuber”, sehingga ia tidak disebut seorang anak dan tidak pula seorang remaja. Pada tahap ini, ciri-ciri seks sekunder mulai tampak, namun organ-organ reproduksinya belum berkembang secara sempurna.
b.      Tahap Puber (12-16 tahun untuk Lk/11-15 tahun untuk Pr)
Tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis antara masa kanak - kanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria kematangan seksual mulai muncul. Pada anak perempuan terjadi haid pertama dan pada anak laki - laki terjadi mimpi basah pertama kali. Dan mulai berkembang ciri - ciri seks sekunder dan sel - sel diproduksi dalam organ - organ seks.
c.       Tahap PascaPuber (17-18 tahun)
Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua masa remaja. Pada tahap ini ciri -ciri seks sekunder sudah berkembang dengan baik dan organ-organ seks juga berfungsi secara matang.
Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk dengan cukup baik.
Pada masa ini, anak laki-laki dan perempuan senang bergabung dengan mereka yang sebaya, jenis dan status yang sama. Mereka cepat membentuk hubungan-hubungan emosional  dan mengembangkan temannya atau kelompok mereka. Permainan kelompok, tim, kegiatan olahraga musiman sangat menarik baginya. Persahabatan teman sebaya sangat dibutuhkan, sehingga mereka seolah-olah hanya ke sekolah karena ingin bermain dengan kawan-kawannya. Hubungan teman sebaya membuat anak-anak menilai diri mereka sendiri, menyampaikan pandangan mereka sendiri, dan memperdebatkan sudut pandang yang berbeda. Konflik dengan teman sebaya membuat anak mengenal pikiran, perasaan, dan pandangan-pandangan teman-teman lain. Guru dapat meningkat peran teman sebaya ini dengan membentuk kelompok kecil dan memberikan permainan yang dapat membuat kegiatan yang melibatkan banyak anak. (Singgih, 1991: 14)
Tentang tanda-tanda masa pubertas ini E. Spranger, menyebutkannya ada tiga aktivitas yakni:
a.       Penemuan aku.
b.      Pertumbuhan pedoman kehidupan.
c.       Memasukkan diri pada kegiatan kemasyarakatan.
Pada kegiatan anak dalam rangka penemuan akunya itu anak mulai menyadari akan keberadaan dirinya, yang lebih dalam dibanding pada sebelumnya. Tetapi ia pun juga mulai mengetahui betapa pentingnya ia untuk ikut serta dalam kemasyarakatan. Walaupun terasa masih belum sempurna., ia bertingkah laku di tengah masyarakat. Ia masih penuh dengan kecanggungan serta tidak seimbang. Olehkarena itu anak sedikit bersikap tertutup (introvert) dan lebid sengan mengungkap pengalamannya itu pada buku harian, senang termenung, dan lain-lain. (Abu Ahmadi, 2005: 124)
Pada kegiatan pencarian dan pedoman hidup, anak puber sudah mulai aktif dan menerima akan norma-norma susila (etis) juga norma agama, estetika. Tetapi bentuk pengakuan tersebut masih terbatas pada kondisi dirinya. Dalam kegiatan ke luar ia masih menggantungkan pada oranglain tersebut anak puber sudah mengaguminya. Ia pun menyadari akan dirinya yang masih belum seperti yang di pujanya itu. Kegiatan dan perasaan ini disebutnya sebagai merindu puja. (Abu Ahmadi, 2005: 124)
Pada kegiatan memasukkan diri ke dalam kemasyarakatan ini anak puber mulai mengenal segala macam corak kehidupan masyarakat tetapi anak belum sempurna pengetahuannya untuk membedakan ataupun menyeleksinya. Semua di anggap sebagai sesuatu yang menyatu dalam satu system kemasyarakatan yang sesuai dengan dirinya, kemudian ia pun akan aktif dan memasuki corak dan ragam kehidupan masyarakat tersebut, maka tidaklah mengherankan jika anak puber sering menampakkan sikap-sikap yang controversial dalam suatu masyarakat tertentu. Kegiatan-kegiatan tersebut bagi anak wanita dan pria sudah barang tentu ada perbedaan biologis dan kejiwaannya, juga karena adanya perbedaan pandangan sikap dalam hidupnya. (Abu Ahmadi, 2005: 124-125)
Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi pusat pikirannya. Ada beberapa sifat yang menonjol pada masa ini, yang tidak sama kuatnya pada semua remaja. Di antara sifat-sifat itu adalah:
a.       Pendapat lama ditinggalkan
Mereka ingin menyusun pendirian yang baru. Pada saat-saat mencari kebenaran itu segala sesuatunya berubah menjadi tidak berketentuan.
b.      Keseimbangan jiwanya terganggu
Mereka suka menentang tradisi, mengira mereka sanggup menentukan pendapatnya tentang segala masalah kehidupan. Mereka menggunakan pendiriannya sendiri sebagai pedoman hidupnya.
c.       Suka menyembunyikan isi hatinya
Remaja puber suka menjadi teka-teki, karena sukar diselami jiwanya. Baik perbuatan maupun tindakannya tidak dapat dijadikan pedoman untuk menentukan corak kejiwaannya. Sebentar ia bertindak kasar, kemudian ia tampak lemah-lembut; kadang-kadang ia suka melamun, kemudian ia tampak giat dan kembali gembira.
d.      Masa bangunnya perasaan kemasyarakatan
Pada masa ini sudah mulai terjalin persahabatan karena dorongan bersatu dengan teman sebayanya semakin bertambah kuat, tetapi sikapnya masih menentang kewibawaan orang dewasa. Mereka lebih memperhatikan ejekan teman daripada ejekan orang dewasa.
e.       Perbedaan sikap pemuda dengan sikap gadis
Perbedaan antara pemuda dan gadis besar sekali, khususnya dalam perbedaan kelamin. Seorang pemuda mempunyai keinginan seksual yang timbul dengan sendirnya, dan dialaminya lebih kuat daripada yang dirasakan seorang gadis. Untuk gadis yang normal, hal seksual itu dapat diumpamakan dengan putri yang sedang tidur dalam hutan. Jika seorang pemuda menciumnya, ia akan terbangun dari peraduannya. Perasaan gadis tertidur seperti putri yang cantik itu artinya perasaan gadis itu tidak nyata. Sebelum ia berpengalaman dalam percintaan, ia tidak menaruh hati walaupun melihat pemuda yang ganteng. Sebaliknya dalam diri pemuda itu timbul keinginan-keinginan tertentu bila ia melihat gadis yang menarik hatinya. (Zulkifli, 2005: 70-71).
Sebagian besar orang-orang primitive selama berabad-abad mengenal masa puber sebagai masa yang penting dalam rentang kehidupannya. Diantara orang-orang Yunani kuno, masa puber dikenal sebagai saat terjadinya perubahan-perubahan fisik dan perilaku. Dalam suatu teori Aristoteles mengenai masa puber, ia lebih menenkankan pada perubahan-perubahan perilaku. Aristoteles juga menguraikan bahwa anak anak perempuan yang sedang dalam masa ini (puber) sangat mudah marah, penuh gairah, sangat rajin, dan selalu memerlukan pengawasan karena berkembangnya dorongan-dorongan seksual. 
Jung menyebut pubertas sebagai “kelahiran psikis” individu itulah saat mengandung banyak masalah, konflik, dan adaptasi. Dunia yang nyata menempatkan tuntunan-tuntuna baru pada anak remja itu tidak dapat ditemui dengan tingkah laku dan fantasi masa kanak-kanak (Duane Schultz, 1991 : 133).
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berfikir formal secara operasional. Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka. Mereka berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Inhelder dan Piaget mengetahui bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja. Mereka menilai, pengalaman dengan masalah kompleks, tuntutan dari pengajaran formal, dan tukar –menukar ide yang berlawanan dengan kelompok remaja, diperlukan untuk perkembangan berfikir secara operasional.
Walaupun berfikir secara konkret, anak juga merupakan kekuatan besar, tetapi tetap mempunyai batasan-batasan. Batasan ini sedikit, tetapi penting. Perkembangan berpikir secara operasional mengatasi kelemahan ini. Remaja yang mencapai tahap ini mencapai tingkat berpikir setingkat orang dewasa. (Djiwandon, 2002: 96)
Menurut Dunbar dan Hurlock menyatakan bahwa, “selama periode ini anak yang sedang berkembang mengalami pelbagai perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, milik, jangkauan pilihan, dan perubahan dalam sikap terhadap seks dan lawan jenis. Kesemuanya meliputi hubungan orang tua-anak yang berubah dan perubahan dalam peraturan-peraturan yang dikenakan pada anak muda.” (Hurlock, 1980: 183). Erikson (Adams & Gullota, 1983:36-37; Conger, 1977: 92-93) berpendapat bahwa remaja puber merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini. (http://www. wikipedia.com/opcit/ diakses pada 13/3/2013). Erikson memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan ‘siapa saya?’ Dia mengingatkan bahwa kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan dirinya. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat. (Sri, 2004: 63)
Perkembangan moral tahap ini dapat kita lihat dari beberapa teori dan pendapat, yaitu :
y       Menurut pandangan Psikoanalisa ; menurut pandangan ini masa remaja masuk pada tahap genital S. Freud, dimana masaknaya organ-organ reproduksi dan muncul hasrat atau dorongan sexual terhadap lawan jenis. 
y       Menurut teori Belajar Sosial ; masa dimana remaja mencari identitas diri, dapat disebut dengan pemberontakan. Remaja sering menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya, hal ini terjadi karena remaja menganggap bahwa hanya teman yang dapat mengerti mereka dan remaja juga dapat berbagi apapun kepada teman sebaya tanpa harus ada rasa takut atau malu. 
y       Menurut teori perkembangan kognitif ; remaja sudah dapat berfikir “Apa yang benar?” dan bukan hanya “Apa yang dilihat”. Perubahan yang dialami oleh remaja dapat membentuk kematangan dalam berfikir.
(http://d-rora.blogspot.com/2009/11/pubertas-masa-puber.html)
Pada saat masa remaja puber ini orang tua sangat berperan penting dalam mendampingi anaknya yang masuk pada tahap remaja awal karena pada masa remaja awal banyak sekali konflik atau masalah yang dihadapi oleh remaja yang tidak semua remaja dapat mengatasinya dan membutuhkan bantuan orang lain seperti teman atau orang tua. Seperti yang dikatakan Erikson jika remaja tidak dapat menemukan identitasnya maka akan terjadi kekacauan identitas dimana remaja merasa tidak percaya diri dan nanti akan merasa terisolasi oleh keadaan yang menuntut mereka lebih.
Menurut Wong, et (2009) perkembangan remaja terlihat pada: (http:// jtptunimus-gdl-trimutfika-6017-2-babii.pdf)
a.       Perkembangan biologis
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder.
b.      Perkembangan psikologis
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
c.       Perkembangan kognitif
Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang merupakan cirri periode berfikir konkret, remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
d.      Perkembangan moral
Anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusan atau sudut pandang orang dewasa, sedangkan remaja, untuk memperoleh autonomi dari orang dewasa mereka harus menggantikan seperangkat moral dan nilai mereka sendiri.
e.       Perkembangan spiritual
Remaja mampu memahami konsep abstrak dan mengintepretasikan analogi serta simbol - simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi dan berfikir secara logis.
f.        Perkembangan social
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap temen dekat dan teman sebaya.
Usia mulainya pubertas dan perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Faktor terpenting tampaknya adalah kesehatan umum individu (Henderson, 2005: 3).
(Santrock, 2003: 84) mengemukakan berbagai riset menemukan bahwa sebelum anak matang secara seksual, pengeluaran hormon seks jarang terjadi. Akan tetapi, dengan semakin meningkatnya jumlah hormon yang dikeluarkan, struktur dan fungsi organ-organ seks akan semakin matang.
Pada saat remaja terjadi pertumbuhan yang sangat cepat, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik
(Yuanita, 2011: 15). Perubahan ini ditandai dengan munculnya :
1.      Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks (terjadinya haid pada remaja putri dan terjadinya mimpi basah  pada remaja laki-laki). Pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks merupakan perubahan fisik mendasar yang ketiga. Organ-organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber dengan tingkat kecepatan yang bervariasi. Haid dianggap sebagai petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang.Gejala ini merupakan awal dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, dan akan berhenti saat  wanita mencapai menopause (Al-Mighwar,2006: 29).
2.      Tanda- tanda seks sekunder
Pada masa pubertas ditandai dengan kematangan organ-organ reproduksi, termasuk pertumbuhan seks sekunder. Pada masa ini juga remaja mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat (BKKBN, 2010). Tanda-tanda seks sekunder pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan dirinya (akunya), serta mencari pedoman hidup, untuk bekal kehidupannya mendatang. Kegiatan tersebut dilakukannya penuh semangat menyala-nyala tetapi ini sendiri belum memahami akan hakikat dari sesuatu yang di carinya itu. Sehingga Ch. Buhler pernah  menggambarkan dengan ungkapan “saya menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui akan sesuatu itu:. Sehingga  masa ini ada yang menyebutnya sebagai masa strumund drang (badai dan dorongan). (Abu Ahmadi, 2005: 123-124)

Kesimpulan

Pubertas merupakan periode tahapan perkembangan yang di dalamnya terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi, beriringan dengan perkembangan tersebut juga terjadi perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatic dan prespektif psikologis.
Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja dan dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.
Selama periode ini anak yang sedang berkembang mengalami pelbagai perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, milik, jangkauan pilihan, dan perubahan dalam sikap terhadap seks dan lawan jenis. Kesemuanya meliputi hubungan orang tua-anak yang berubah dan perubahan dalam peraturan-peraturan yang dikenakan pada anak muda.